Senin, 03 Januari 2011

Wacana Mahaciwaratri: Kesatuan dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan


Bhagavan Sri Sathya Sai Baba bersabda:




"Pertama, Capailah Kesatuan dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan"

"Hanya perbuatan yang menyenangkan Tuhanlah yang harus kaulakukan. Hanya dengan demikianlah hidupmu sebagai manusia akan bermakna. Jantuunaam nara janma durlabham. Artinya, ‘di antara semua makhluk hidup, kelahiran sebagai manusia itu paling langka’. Kelahiran sebagai manusia yang sangat berharga dan langka ini jangan kausia-siakan."

"Sifat kemanusiaanmu akan hilang sama sekali bila engkau memperturutkan diri melakukan kebohongan, ketidakadilan, dan kejahatan. Karena itu, engkau harus mempunyai pikiran, perkataan, dan pandangan yang baik. Lihatlah hal yang baik, lakukan perbuatan yang baik, dan jadilah orang yang baik. Inilah makna yang terkandung dalam kehidupan manusia."

"Ada orang-orang yang mungkin kelihatan baik dan tersenyum, tetapi pandangan mereka penuh niat jahat. Ini tidak baik."

"Manasyeekam vachasyeekam, karmanyeekam mahaatmanaam,

Manasyanyat vachasyanyat, karmanyanyat duraatmanaam.

Artinya,

‘Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah orang-orang yang mulia.

Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya tidak selaras adalah orang yang jahat.’"

"Harus ada kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatanmu. Bila engkau mempunyai kesatuan ini, maka engkau akan mencapai kemurnian, dan kemurnian akan membawamu menuju Tuhan. Karena itu, untuk mencapai Tuhan, engkau harus murni. Mengatakan satu hal lalu melakukan lainnya itu tidak baik. Ini sama sekali bukan kesatuan dalam perkataan dan perbuatan. Bagaimana engkau bisa murni tanpa kesatuan itu? Karena itu, bila engkau ingin menjadi murni, engkau harus mempunyai kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan."

"Misalkan ada orang yang mengecammu, engkau harus beranggapan bahwa hal ini pun demi kebaikanmu. Apa pun yang dilakukan orang lain, anggaplah bahwa semua itu untuk kebaikanmu."

"Lakukan segala kegiatanmu untuk menyelamatkan hidupmu. Engkau harus menjaga agar tidak kehilangan sifat-sifat kemanusiaanmu. Mungkin engkau kehilangan harta apa saja, tetapi jangan kehilangan harta sifat-sifat kemanusiaanmu. Tempuh hidupmu dengan selalu tersenyum dan dengan bahagia. Akan tetapi, tertawa tanpa perlu juga tidak baik."

"Engkau harus melakukan segala kegiatanmu dengan niat yang baik. Bila engkau melakukan perbuatan baik, pikiranmu juga akan baik. Bila manasmu penuh dengan pikiran yang baik, semua pikiran buruk akan lenyap. Karena itu, engkau harus selalu memupuk hanya pikiran-pikiran yang baik. Ini akan membuat kesehatanmu menjadi baik. Kita harus mengasihi semua makhluk. Kasihi semuanya, bantu dan layani semuanya. Bila engkau mengikuti prinsip ini, kesehatanmu akan selalu baik."

"Kesehatan itu perlu bagi manusia. Kesehatan tidak terbatas pada badan jasmani saja, tetapi juga mencakup kesehatan mental. Jangan pernah makan makanan yang tidak sepatutnya. Makanlah hanya makanan yang baik, suci, dan telah dikuduskan dengan dipersembahkan lebih dahulu kepada Tuhan. Jangan mempersembahkan makanan yang tidak pantas kepada Tuhan. Persembahkan kepada Tuhan hanya makanan yang suci dan sattvik 2), dalam wadah yang bersih. Engkau memperoleh hasil sesuai dengan persembahan yang kaulakukan."

"Sebagaimana perbuatan kita, maka demikianlah hasil yang kita peroleh. Tidak mungkinlah mendapat hasil yang baik dengan melakukan perbuatan yang buruk. Karena itu, kita harus melakukan berbagai perbuatan yang baik dan mengalami hasil yang baik. Hanya dengan demikianlah kita dapat mempunyai kesehatan yang baik. Bila kita makan makanan yang baik ( sattvika ), kita akan mempunyai pikiran-pikiran yang baik. Akan tetapi, dewasa ini orang-orang mengatakan satu hal dan melakukan hal lain."

"Suatu kali seorang sannyaasi, ‘pertapa Hindu’, datang ke suatu rumah dan meminta makanan. Nyonya rumah berkata kepadanya, “Anakku terkasih, pergilah ke sungai dan mandi. Sementara itu, Ibu akan menyiapkan makanan untukmu.” Sannyaasi ini adalah contoh orang yang malas. Ia berkata kepada ibu itu, “Bu! Untuk sannyaasi seperti kami, Goovindeeti sada snaanam, ‘melantunkan nama Tuhan itu sama dengan mandi’.” Nyonya rumah yang cerdas itu memberinya jawaban yang tepat, “Goovindeeti sada bhoojanam. ‘Melantunkan nama Tuhan itu sama dengan makan’. Karena itu, Anda boleh pergi.” Tidak ada artinya mengatakan Goovindeeti sada snaanam untuk membenarkan kemalasan kita dan tidak mandi. Bila engkau berkata bahwa melantunkan nama Tuhan itu sama dengan mandi, engkau juga harus menerima bahwa melantunkan nama Tuhan itu sama dengan makan. Kita harus mengikuti norma-norma kesopanan dan kepatutan dalam hidup kita."

(Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba Pada Perayaan Shivaraatri, 7 – 3 – 2008 Pagi )
lebih lanjut silahkan klik:
http://wacana.ssgi.us/2008/03/wacana-bhagawan-sri-sathya-sai-baba.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar